Malformasi Sperma dan Keberhasilan Teknik ICSI
Oleh: Rizki Nisfi Ramdhini, M.Si
Pada dasarnya sperma yang mampu untuk membuahi ovum (fertilisasi) merupakan sperma yang secara kuantitas
dan kualitas bersifat normal. Pada saat terjadi koitus dan ejakulasi, jutaan sperma
terdeposit ke dalam vagina bagian atas. Namun, sebagian besar jumlah sperma tidak akan mencapai lokasi fertilisasi (tuba fallopi). Hal tersebut terkait dengan kondisi sperma secara kualitas. Sperma yang bersifat abnormal (malformasi) akan mengalami kematian sebelum bertemu ovum.
Namun, bukan bearti sperma yang bersifat abnormal tidak dapat
sama sekali melakukan fertilisasi. Hanya saja dalam hal ini diperlukan adanya Teknologi Reproduksi Berbantu (fertilisasi in-vitro) yakni program bayi tabung menggunakan teknik ICSI (intra cytoplasmic sperm injection). Teknik tersebut merupakan teknik mikromanipulasi dengan menyuntikkan satu spermatozoon ke
dalam sitoplasma oosit mature. Teknik ICSI telah digunakan untuk menangani infertilitas pada pria sejak lebih dari
satu dekade. Sehingga dengan adanya terobosan baru tersebut dapat memberikan harapan pada pria infertil dengan oligo-astheno-teratozoospermia maupun azoospermia. Teknik ICSI telah terbukti mampu memberikan angka keberhasilan yang memuaskan. Embryo transfer dapat
dilaksanakan pada lebih dari 90% pasangan dan menghasilkan
angka kehamilan berkisar antara 25-45%.
Dalam perkembangannya, setelah diteliti lebih lanjut dapat diketahui bahwa hasil ICSI masih tergantung
dari beberapa faktor, diantaranya keadaan subseluler sperma, integritas nukleus
sperma dan stabilitas kromosom. Demikian juga dengan teknik injeksi spermatozoa immotile yang masih menurunkan
hasil fertilisasi. Keberhasilan ICSI dari kasus sindroma silia imotil telah dilaporkan sebelumnya, akan tetapi hasil ICSI pada
kasus-kasus ini menunjukkan fertilisasi lebih rendah atau terjadi kelainan pertumbuhan embrio yang masih
belum jelas penyebabnya. Demikian juga ICSI dengan spermatozoa kepala bulat (globozoospermia) yang juga memberikan hasil fertilisasi lebih rendah, meskipun sebelumnya sudah dilaporkan keberhasilanya.
Oleh karena itu, meskipun teknik ICSI hanya diperlukan
1 spermatozoon, namun perbaikan kualitas sperma masih diperlukan melalui pengobatan yang adekwat untuk
mengoptimalkan hasil Teknologi Reproduksi Berbantu. Disisi lain, faktor-faktor klinis seperti usia pria, riwayat
infertilitas, kategori diagnostik pria tidak berpengaruh terhadap keberhasilan ICSI.
Komentar
Posting Komentar