Kelainan Pada Fetus, Apa yang Terjadi Selama Kehamilan?
Kelainan fetus manusia paling banyak terjadi pada trimester pertama kehamilan (12
minggu pertama). Hal tersebut berkaitan bahwa pada trimester pertama
kehamilan merupakan masa penting terjadinya organogenesis. Kelainan pada fetus dapat disebabkan oleh dua faktor diantaranya faktor secara genetik seperti
mutasi dan aberasi dan faktor lingkungan baik yang berasal
bahan kimia (obat-obatan), biologi (virus) dan fisik (radiasi).
1. Faktor Genetik
Banyak kelainan yang bersifat kongenital menurun, yang beberapa diantaranya mengikuti
pola Hukum Mendel. Pada banyak kasus, kelainan dapat langsung disebabkan oleh perubahan pada satu gen saja yang dapat dinamakan sebagai mutasi gen tunggal.
- Mutasi: Merupakan adanya perubahan susunan nukleotida gen yang dapat menimbulkan alel cacat yang bersifat dominan atau resesif. Pada manusia jenis kelainan yang disebabkan oleh mutasi gen tunggal diperkirakan mendekati 8% dari seluruh malformasi. Gen-gen tersebut dapat membentuk pasangan alel cacat yang kemudian dapat diturunkan bersama dengan karakter jenis kelamin, contoh cacat karena mutasi diantaranya polydactily, syndactily, hemophylia, musculor dystrophy, dan albino.
- Aberasi: Merupakan kelainan kromosom berupa kelainan jumlah atau kelainan susunan kromosom. Aberasi menjadi faktor penyebab terjadinya malformasi kongenital dan abortus spontan. Diperkirakan 50% dari semua konsepsi berakhir dengan abortus spontan dan 50% diantaranya mengalami kelainan kromosom berat. Oleh karena itu diperkirakan sekitar 25% dari semua konsepsi dapat mengalami kelainan kromosom utama. Contoh kelainan dikarenakan sindrom, seperti Sindroma Down, Sindroma Turner, Sindroma Klinefelter, Triploidi, Trisomi.
2. Faktor Lingkungan
Faktor
lingkungan penyebab dismorfologi pada janin disebut teratogen, yakni berupa bahan-bahan yang dapat menyebabkan kecacatan janin selama kehamilan, baik berupa cacat
fisik yang
nampak (bibir sumbing, keanehan bentuk anggota gerak, kelainan bentuk kepala, tubuh maupun organ lainnya) maupun kelainan
yang tidak nampak (kelainan otak, penurunan kecerdasan,
kelainan bentuk jantung, pembentukan sekat jantung yang tidak sempurna, gangguan reaksi metabolisme tubuh, kelainan
ginjal atau organ reproduksi). Adanya bahan-bahan yang bersifat teratogenik akan
menimbulkan gangguan pada sel-sel tubuh janin yang
sedang melakukan proses organogenesis. Hal tersebut mengakibatkan sel tidak
dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana seharusnya.
- Mekanisme zat teratogen bahan kimia terhadap organogenesis:
- Aksi suatu zat yang berakibat kelainan/cacat selama kehamilan sangat berkaitan erat dengan perkembangan fetus. Tahap perkembangan fetus terbagi menjadi Blastogenesis, Organogenesis, histogenesis, Pematangan fungsional. Kerentanan terhadap teratogen berbeda-beda pada setiap stadium perkembangan saat terpapar. Masa yang paling sensitif sehingga dapat menyebabkan cacat lahir adalah minggu ke 3-8 kehamilan. Sedangkan untuk tikus dan mencit masing-masing hari ke 8-12 dan 6-15.
- Manifestasi perkembangan abnormal adalah kematian, malformasi, keterlambatan perkembangan, dan gangguan fungsi. Zat teratogen dapat mengakibatkan kematian embrio melalui penghambatan proses pembelahan sel. Pada tahap organogenesis, sel-sel mulai menampakkan perbedaan morfologi karena terjadi deferensiasi intensif, sehingga adanya zat teratogen yang aktif pada tahap ini dapat menyebabkan malformasi organ (jenis malformasi tergantung dari jenis teratogen).
- Banyaknya zat teratogen yang terpapar sangat berpengaruh terhadap replikasi, transkripsi dan translasi. Oleh karena itu zat tersebut akan menyebabkan penurunan pasokan energi yang digunakan dalam metabolisme seperti glukosa, asam amino dan vitamin. Kondisi hipoksia juga bersifat teratogen dengan mengurangi oksigen dalam proses metabolisme sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan osmolaritas. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan odema yang pada akhirnya menyebabkan kelainan bentuk dan iskemia jaringan.
- Mekanisme zat teratogen biologi (infeksi virus) terhadap organogenesis:
- Infeksi yang dapat menyebabkan kelainan kongenital adalah infeksi yang terjadi pada tahap organogenesis (trimester pertama kehamilan). Adanya infeksi disamping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat juga meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella dapat menderita kelainan kongenital pada mata (katarak), kelainan pada sistem pendengaran (tuli) dan kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lainnya yang dapat juga menimbulkan kelainan kongenital diantaranya infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis. Kelainan-kelainan kongenital lainnya yang juga dapat terjadi seperti adanya gangguan pertumbuhan pada sistem saraf pusat (hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia).
Komentar
Posting Komentar