Hempasan Masa Lalu

Sekali lagi, aku bukanlah Tuhan yang Maha Sempurna Atas Segala sesuatu dan Sang Maha Pemberi Maaf. Bagiku itu adalah hal tersulit yang pernah aku lakukan. Selalu gagal itulah jawaban-nya. Meskipun satu tahun lebih waktu telah berlalu, namun rasa sakit itu masih melekat kuat di relung hati. Sayatan luka dan guratan kemarahan serta kekecewaan di kala itu masih begitu membekas. Pahamilah jangan pernah menuntutku sedikitpun untuk melupakannya, karna itu sesuatu hal yang tidak mungkin, terlebih untukku. 

Janji yang kau ucap begitu mudah kau tanggalkan tanpa rasa bersalah. Begitu mudah kau katakan "semua harus berakhir" ketika kita sedang berusaha merangkaikan potongan puzzle yang sudah terkumpulkan selama 6 tahun lamanya. Dan disaat satu potongan puzzle yang ada di tanganmu adalah potongan puzzle terakhir yang harus kau pasangkan, ternyata kau begitu mudahnya menarik kembali dan kau hempaskan sejauh-jauhnya. Seketika itu pun rangkaian puzzle itu terlepas satu persatu dan berurai terhempas dan akhirnya lenyap.

Begitu mudahnya kau berkata "Lupakan dan biarkan aku pergi" dengan beribu alasan yang sulit diterima akal sehat. Ingin menikmati hidup, ingin fokus kerja, ingin fokus terhadap keluarga, karena kita sudah tidak cocok lagi, bla-bla-bla-bla. itukah wujud kesetiaanmu? yang semuanya hanyalah omong kosong semata. 

Kau ingkari janjimu, dan kau putuskan sepihak hanya melalui pesan singkat, itukah yang dikatakan sebagai laki-laki sejati, baik dan bertanggung jawab? kau menutup semua kesempatan untuk ku meminta penjelasan, kau mengunci semua harapan dan kau membunuh semua impian.

Semua sudah nampak jelas, semua itu kau lakukan karena kau sudah dibutakan dengan materi. Disaat kau merasa hidupmu berkecukupan, kau berubah, bukan kau yang dulu, ataukah mungkin cerminan dirimu adalah yang sekarang? hanya kau dan Tuhan lah yang tahu.

Jatuh bangunku untuk memperbaiki raga hati yang rapuh, sudah berhasil kulewati meski terseok-seok, sekuat tenaga aku mencoba bangkit dari keterpurukan, dan berlahan-lahan ku hempaskan bayang-bayang kelam itu hanya dengan kedua tangan dan kakiku.

Sekarang, aku sangat memohon jangan pernah lagi kau muncul dalam kehidupanku sekarang atau selamanya, meskipun itu hanya sekedar berteman atau sejenisnya. Sekali lagi aku bukan Tuhan, rasa sakit itu akan menjadi hal yang sulit kulupakan.

'Urusi hidupmu saja", itulah kata-kata yang ucapkan dikala itu ketika aku mencoba mempertahankanmu. Dan sekarang aku dengan tegas pun berkata "Urusi saja hidupmu" karena maaf itu sampai kapanpun tak akan pernah ada untuk mu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Tidak Linear, Pupus Harapan Menjadi Dosen

Biologi Reproduksi: Siklus Estrus Hewan Mamalia (Teori dan Praktikum)

Darah: Produksi Sel Darah Merah