Berawal dari Mimpi dan Tekad, Edisi Dosen Vs High heels
Pernah menjadi bagian keluarga besar mahasiswa biologi angkatan 2006, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret adalah sesuatu hal yang sangat luar biasa bagiku. Segala sesuatu dari apa yang sudah ku lewati baik itu hal yang menyenangkan, menegangkan, menakutkan, mengecewakan secara keseluruhan masih melekat kuat dalam ingatan bahkan hingga detik ini.
Rizki Nisfi Ramdhini adalah nama lengkapku yang tertera di akte kelahiranku, serta tak lupa nomor induk mahasiswa (NIM) sebagai identitasku dimasa kuliah, M0406014. Berbicara mengenai nama panggilan, sebelum ku bercerita lebih lanjut, ada hal yang sejujurnya kurang mengenakkan hati. Sering kali ketika orang membaca barisan huruf di namaku dan belum bertemu denganku sebelumnya, mereka selalu beranggapan jikalau aku adalah seorang laki-laki. Hemm...nyesek sekali bukan? alias dipanggil "mas Rizki", yah tapi apa boleh buat, realnya memang nama itu identik dengan nama untuk laki-laki. Okelah fine...hehehe. Namun seiring berjalannya waktu, mereka sepertinya sudah terbiasa dengan itu semua dan tidak ada lagi istilah "salah beranggapan" (alhamdulilah penderitaan usai juga). Namun ada hal unik lainnya lagi yang tidak pernah bisa terlupakan terkait nama panggilan. Di lingkungan kampus, memang mayoritas teman-teman memanggilku dengan panggilan "kiki/riz", oke itu wajar, karena diambil dari penggalan nama "Rizki", nah yang tidak wajar dan yang tidak pernah terbayang sebelumnya adalah ketika mereka memanggilku dengan sebutan "bu dosen". Gubraaaak....bagaimana tidak semua mata tertuju padaku, ketika ada seorang teman berteriak di tempat umum dari kejauhan dengan memanggil bu doseeeen......nah, malu tidak ketulungan rasanya, seketika aku langsung menunduk pura-pura tidak mendengar. Namun ujung-ujungnya panggilan itu semakin keras dan mau tidak mau aku pun merespon. Tetapi sepertinya hal itu sudah menjadi makanan sehari-hari, tidak hanya satu jurusan bahkan lintas jurusan pun sudah tidak asing lagi dengan sebutan itu, dan alhasil telingaku sudah sensitif dan rasa maluku pun kebal. Oya, tentunya hal itu ada sejarahnya lho dan bukan semata-mata karena aku jenius layaknya dosen, upss ketahuan, hehehe melainkan style ku yang "katanya" sih mirip dosen, terlebih jika dilihat dari model sepatuku. Lucu memang, entah pada saat itu model sepatu high heels masih awam dikalangan kampus, terkhusus mahasiswa. Biasanya hanya kalangan dosen yang memakainya. Jadi hanya dengan gara-gara itulah mereka memanggiku dengan sebutan "bu dosen" hingga sekarang.
Berawal dari situlah, sugesti "bu dosen" semakin melekat kuat di mindset-ku. Lama kelamaan rasa ingin mewujudkan panggilan itu muncul begitu kuatnya. Seiring bergulirnya waktu selama menjalani proses pembelajaran di bangku perkuliahan semakin membuatku mengenal lebih dekat bidang ilmu yang sedang ku tekuni. Hal tersebut semakin menjadikan besarnya rasa cinta pake banget terhadap ilmu biologi. Yah meskipun semua itu musti diraih dengan lika-liku pelik dan dramatis. Hanya saja akhirnya aku mampu melewati itu semua. Mungkin dilain waktu dan kesempatan aku akan menuliskan untuk berbagi cerita terkait kepelikan itu.
Kembali berbicara terkait "rasa cinta" terhadap biologi, ibarat tanaman yang selalu diberikan perlakuan yang baik, diberi pupuk, air bahkan hormon secara otomatis akan memberikan pertumbuhan dan perkembangan yang baik pula. Dalam prakteknya, disamping aku mencoba untuk terlibat langsung secara aktif di perkuliahan dan praktikum, aku juga sangat berambisi untuk bisa menjadi asisten dosen praktikum. Tujuanku hanya satu, aku ingin mencari pengalaman yang banyak dan bisa kujadikan modal/ bekal untuk kelak. Sedikitpun aku tak pernah melihat "upah/gaji" yang diberikan pada saat itu. Bahkan kalau tidak digaji sekalipun aku siap, bukan-nya alay dan lebay tetapi hal itu kenyataan yang benar-benar nyata, karena untuk menjadi asisten dosen itu betul-betul mimpiku dari semester 3, namun semua itu baru bisa kucapai ketika di semester 5. Kenapa? yah itulah cerita dramatisnya. Kembali lagi, semua itu akan ada bab sendiri untuk menguraikan. Smile
Berdasarkan rasa cinta itu lah, aku putuskan dan aku tekadkan bulat kelak aku akan menjadi dosen biologi, yang tentunya tidak sekedar dosen saja, namun bergerak aktif sebagai peneliti. Mimpi itu terus kupegang erat hingga akhirnya aku selesai penelitian skripsi dan berhasil meraih kelulusan sebagai Sarjana Biologi (S1) tepat pada tanggal 2 desember 2010.
Sebagai fresh graduate aku tidak langsung bergegas untuk menjelma menjadi jobseeker seperti lainnya. Entah apa yang kupikirkan dikala itu, isi kepalaku hanyalah penuh dengan istilah "profesi dosen". Namun ternyata tidak semudah apa yang dibayangkan, untuk menjadi dosen tak hanya cukup dengan gelar sarjana saja, namun harus menempuh jenjang S2. Akan tetapi pada saat itu aku tidak langsung mendaftar untuk melanjutkan, aku memutuskan untuk vakum selama kurang lebih 7 bulan. Untuk mengisi kekosongan itu aku bekerja sebagai guru biologi di salah satu bimbingan belajar di Solo. Mengapa tentor biologi? ya karena itu adalah salah satu mimpiku sejak awal kuliah, karena di masa kuliah sulit untuk membagi waktu akhirnya kuputuskan setelah semuanya selesai. Hingga tiba-lah saatnya di bulan Juli 2011, aku telah resmi berstatus sebagai mahasiswa Biosain Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret untuk meraih gelar magister sains. Namun di sisi lain mimpi besar untuk meraih beasiswa pupus sudah. Entah pada saat itu waktu terasa begitu cepat, belum sempat aku mencari lowongan beasiswa dan mecoba melamar namun usiaku sudah masuk ke 24 tahun. Hemm kok tiba-tiba berbicara masalah usia? iya, singkat cerita, itu adalah rangkaian dari mimpi-mimpiku, yaitu usia 26 tahun harus sudah lulus menjadi sarjana magister (S2). Oleh karena itu, mau ga mau aku harus segera memutuskan untuk segera masuk kuliah. Ketika aku berbicara seperti ini, tentu banyak yang menyangkal, apa contohnya? salah satunya adalah statemen "Ah kuliah S2 kan bisa nanti nanti, kerja dulu, atau bahkan nikah dulu", oke itu bagi mereka mungkin bisa, tetapi jujur itu kalau aku pribadi sangat sulit, oleh karena itu akupun punya pemikiran berbeda yang jika itu dikembalikan terhadap mimpi awal. Keputusan untuk melanjutkan studi dengan biaya orang tua tentu-nya menjadi beban tersendiri untuk ku, mengapa? karena meskipun mereka berkata sanggup dan bisa, tetap saja terselip rasa kasihan yang mendalam. Tetapi apa boleh buat, keputusan harus segera diambil. Hanya saja konsekuensinya, aku harus menyelipkan mimpi tambahan yang harus kuperjuangkan, yaitu memperoleh beasiswa untuk tugas akhir (tesis) melalui proyek penelitian dosen.
Dalam proses menempuh studi S2 pun tidak semulus paha-nya Cherybelle (ikut gaya ngomongnya Anggun), hehehe, semuanya pun penuh lika-liku, terutama dipenelitian dan ketambah tragedi drama telenovela pribadi, yang benar-benar menguras hati dan pikiran. Alhasil target sebelum 2 tahun 6 bulan (batas coumloude kelulusan S2) pupus ku raih meskipun IPK (indek prestasi komulatif) yang sudah ku kejar dari awal termasuk kategori coumloude. Tetapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Memang semuanya tidaklah harus sesuai dengan keinginan kita, namun senantiasa tetap harus disyukuri. Hanya saja point plus-nya aku berhasil memperoleh proyek penelitian dosen yang bergerak dibidang molekuler, yang tentunya penuh lika-liku yang jlimet. Inilah mimpi yang ku tulis sebelumnya dan alhamdulilah tercapai. Alhasil biaya penyelesaian tugas akhirku "free".
Dan akhirnya aku berhasil menyelesaikan studi S2 Biosain selama 2 tahun 8 bulan, okelah....fix kelebihan 2 bulan, dan kalo kata pak Mario Teguh "aku ora popo" jargon andalannya, hehehe, dan akhirnya aku resmi meraih gelar menjadi Magister Sains (M. Si) tepat di bulan Juni 2014.
Dan akhirnya aku berhasil menyelesaikan studi S2 Biosain selama 2 tahun 8 bulan, okelah....fix kelebihan 2 bulan, dan kalo kata pak Mario Teguh "aku ora popo" jargon andalannya, hehehe, dan akhirnya aku resmi meraih gelar menjadi Magister Sains (M. Si) tepat di bulan Juni 2014.
Semua tahap sudah terlewati, dan sekarang "seharusnya" semakin mendekati apa yang kuinginkan. Tetapi kembali lagi dengan istilah "semua itu tidak semulus paha Cherrybelle", sepertinya itu benar adanya, apalagi harus dibenturkan dengan idealisme yang kokoh, "kalau tidak itu tidak mau". Sudah hampir 4 bulan ini aku menanti informasi lowongan dosen biologi namun belum kunjung tiba. Demi idealisme terhadap mimpi tersebut hingga rela menganggur selama 4 bulan. hehehe. Dan tibalah saatnya santer terdengar informasi cpns dosen biologi. Wow...mendengar saja aku sudah senang, apalagi bisa termasuk diantaranya. Namun tentunya itu bukanlah hal yang mudah. Dengan niat yang tulus dan keseriusan serta keinginan yang kuat, akupun memutuskan untuk ikut serta dalam proses cpns tersebut. Dan semoga aku dapat meraih mimpi itu di jalan ini, dan tentunya kelak sebutan "bu dosen" bukanlah sekedar mimpi lagi atau hanya sebatas high heels saja. "Semoga" ---With Hope---
To be continue......
Komentar
Posting Komentar