PENGUJIAN MILLON-NASSE
Nama : DIANA VIOLITA
NIM : 14201202015107P
Kelas : Konversi S1 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Dosen Pengampu: Rizki Nisfi Ramdhini,M.Si
Mata Kuliah : Ilmu Keperawatan Dasar 1 (IDK1)
2. Struktur Protein
NIM : 14201202015107P
Kelas : Konversi S1 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Dosen Pengampu: Rizki Nisfi Ramdhini,M.Si
Mata Kuliah : Ilmu Keperawatan Dasar 1 (IDK1)
BAB
I
PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG
1. Protein
Protein berasal dari kata protos atau
proteos yang berarti pertama dan utama. (Poedjiadi, 1994). Protein berfungsi
sebagai biokatalis dalam reaksi metabolisme. Protein merupakan komponen penting
yang dapat diperoleh dari tumbuhan dan hewan. Protein yang berasal dari hewan
disebut protein hewani, dan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.
Protein terdapat dalam semua
jaringan hidup baik tumbuhan maupun hewan. Jaringan pada biji–bijian, daging
tak berlemak, organ vital, kulit, dan rambut mengandung protein dalam jumlah
yang lebih besar daripada jaringan berlemak.
Protein memiliki struktur yang khas dan
berat molekul yang spesifik. Namun demikian, protein sulit dimurnikan karena
protein terdapat dalam bentuk kompleks dengan lipid dan karbohidrat atau
protein lainnya. Selain itu, bentuk protein mudah mengalami denaturasi oleh
panas, asam, basa, dan pelarut organik.
Protein dapat digolongkan ke dalam
tiga kelompok antara lain protein serat, bujur telur, dan protein gabungan.
Protein serat yaitu protein yang bersifat tidak larut air, sering ditemukan di dalam
kulit, rambut, jaringan pengikat dan tulang. Protein bujur yaitu protein yang
berbentuk bujur telur atau bulat lonjong, umumnya larut dalam air. Protein
bujur telur dapat dibagi menjadi 4, yaitu albumin, globulin, histon, dan
protamin. Sedangkan protein gabungan adalah protein yang bergabung dengan
senyawa selain protein (Fessenden, 1997).
Menurut
siddik (1994: 173), protein merupakan polimer yang tersusun dari unit–unit asam
amino yang dihubungkan oleh ikatan yang disebut ikatan peptida. Protein
memiliki struktur molekul yang cukup kompleks, berbeda dengan alkana, alkohol,
asam, dan lain sebagainya. Protein terdiri atas rantai panjang asam amino.
Unsur utama protein adalah nitrogen (Al matsier, 1986).
Apabila protein dididihkan dalam pelarut asam atau basa encer atau
terkena enzim–enzim pencernaan, molekul–molekulnya akan dihidrolisis menjadi
asam amino. Oleh karena itu, protein serupa dengan pati dan selulosa yang
bearti molekul– molekulnya terdiri dari satuan berulang dari molekul yang lebih
sederhana.
Struktur protein secara hirarki berupa
struktur primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga),
dan kuartener (tingkat empat). Struktur primer protein merupakan urutan asam
amino penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Struktur
sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian
asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk
struktur sekunder diantaranya berupa
alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa
pilinan rantai asam-asam amino berbentuk seperti spiral; beta-sheet (β-sheet,
"lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar yang tersusun dari sejumlah
rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (SH);
beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan
gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma"). Gabungan
dari aneka ragam dari struktur sekunder akan menghasilkan struktur tiga Dimensi
yang dinamakan struktur tersier. Struktur tersier biasanya berupa gumpalan.
Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen
membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan
membentuk struktur kuartener. Contoh struktur kuartener yang terkenal adalah
enzim Rubisco dan insulin.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Reaksi Millon–Nasse
Pada uji ini,
reaksi akan bernilai positif jika protein yang mengandung asam amino mempunyai
gugus fenol. Penambahan reagen merkuri sulfat berupa H2SO4
dan HgSO4 dalam sampel uji bertujuan
untuk menghidrolisa protein yang mengandung tirosin hingga terbentuklah
endapan putih pada sampel. Penambahan NaNO3 untuk memisahkan antara
endapan dengan larutan.
Uji Millon Nase
bertujuan untuk mengetahui adanya gugus hidroksifenil (tyrosin).
1. Metode
a. Alat-alat:
1) Tabung reaksi
2) Rak tabung reaksi
3) Pipet tetes
4) Pembakar Bunsen
5) Gegep
6) Gelas beker 250 ml dan 50 ml
7) Pengaduk Gelas
8) Gelas Ukur 10 ml
b. Bahan
1) Akuades
2) Putih telur (albumin)
3) Susu
4) Asam asetat encer
5) NaOH 1 N
6) HNO3 pekat
7) Amonia Pekat
8) H2SO4 1%
9) HCl 1 N
10) HgSO4 1%
11) CuSO4 5%
12) NaNO3 1%
Prosedur
Kerja
- Memasukkan 2 mL sampel ke dalam tabung reaksi
- Menambahkan 1 mL reagen merkuri sulfat (HgSO4 1% dan H2SO4 1 %).
- Memanaskan dan mengamati perubahan yang terjadi
- Mendinginkan di bawah aliran air lalu menambah NaNO3 1 %
- Memanaskan kembali kemudia diamati perubahan yang terjadi
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan Reaksi Millon–Nasse
NO
|
HASIL PENGAMATAN
|
|
SUSU
|
PUTIH TELUR ( Albumin)
|
|
1
|
Ada endapan putih dan lebih cair (+)
|
Ada endapan putih dan lebih kental ( + )
|
2
|
Ada endapan, lebih kental (-)
|
Ada endapan putih dan kental ( + )
|
3
|
Ada endapan dan larut (-)
|
Ada endapan dan tidak larut ( - )
|
Reaksi pengendapan disebabkan oleh beberapa faktor seperti denaturasi dari protein yang bersifat amfoter. Millon-Nasse bertujuan untuk
menunjukan adanya asam amino pada protein yang mempunyai gugus fenol. Uji ini
positif ditandai dengan adanya endapan putih pada sampel.
Protein memiliki beberapa sifat
kimia yang bisa membantu dalam proses identifikasi senyawa protein yaitu
protein bersifat amfoter yang artinya protein bisa bereaksi dengan asam maupun
basa, memiliki gugus fenol, memiliki ikatan peptida lebih dari satu dan
memiliki inti benzena.
Komentar
Posting Komentar